Sunday, June 27, 2021

# Contemplation

Insecurities 101 : How Low Can You Go?

One of my closest friends told me kalau sebenarnya dia minder belum punya rumah di usia 34 tahun. That's bad. 

Worse is, ketika dia memilih menyewa rumah di perumahan menengah ke atas (ya mayan lah, tipe one gate, full security, jalannya lebar, banyak fasilitas). 

But the worst? 

Di komplek itu banyak temen kita juga, haha. Padahal kalau diurut urut, nggak ada tuh yang ngatain dia. Lalu kenapa kita jadi insecure sendiri? 

source : freepic pinterest

Well, ketika pandemi dimulai dan segala hal daring jadi konsumsi sehari hari, otomatis konten dan postingan netizen +62 jadi banyak juga kan. Tanpa disadari itu cukup membuat beberapa orang insecure secara tidak langsung karena ujung ujungnya kita akan membandingkan. Pasti ada juga yang komen : gimana sih, gunanya socmed kan emang buat itu, berbagi ke-riya'-an, kalau situ nggak suka ya nggak usah ikutan atau tinggal unfollow. Oh wow, tidak semudah itu ferguso, wkwkwk. 

Insecure bisa muncul karena kita nggak merasa nyaman dengan diri kita aja sih intinya. Saya bukan psikolog, tapi saya tipe teman yang mau mendengar. Bukan karena saya baik hati, tapi lebih tepatnya cuma mengisi waktu semacem killing time, hehe. Meskipun jelas bahwa saya belum tentu bisa ngasi solusi. Misal kayak case temen saya tadi, nggak mungkin juga kan saya ujug ujug ngasi dia rumah sebagai solusi. Siapa gue coba, haha. 

But at least, I was listening, about how hard it is to be a parent, how hard it is to survive in this pandemic, how hard it is to keep up with social timeline, and another "many how hard..." 

Then I told my friend that : we're all dealing with the same s***, but some people are just hiding it better. 

Sebenarnya dia udah paham juga kalau saya pun jelas punya insecurities, I mean, who doesn't? Tapi saya biasanya punya manajemen sikap yang lebih cepet untuk bereaksi membentuk self esteem ketika lingkungan eksternal saya mulai mengganggu. Itu sih nggak dibentuk sehari dua hari aja, tapi tahunan bo', wkwkwk. 

Dulu waktu pertama kali terpaksa naik pesawat (karena kuliah saya kebetulan jauh dari rumah), saya insecure banget ketika susah naikin koper ke bagasi kabin dan pastinya manggil mbak pramugari. Lalu saya mikir, lah, ngaps gue insecure, orang dia kan emang kerjanya itu, bantuin passengers. Nggak peduli fisiknya kayak apa atau cantiknya kayak apa. 

Jadi kalau usia segini temen saya baru bisa jadi "kontraktor" atau penyewa, kenapa harus insecure juga, toh dia mampu koq bayar sewa di perumahan bagus. Kecuali kalau drama waktu bayar dan kondisi finansialnya nggak sehat - itu yang berpotensi jadi bahan ghibah tetangga, wkwkwk. 

But If I have to share something, here's my notes to overcome insecurities : 

  1. Benerin dulu pola pikir dan cara pandang kita terhadap diri kita. Pas JLo sama Arod putus juga kan rame tuh, who the hell ever cheated on JLo? wkwkwk. Lah, you can be 10 times hotter than JLo or 10 times prettier than Kate Middleton, but still can be cheated on. Anything won't keep a man, so save your time and respect yourself by moving on. Penting banget untuk memberi label bahwa kita tuh worth it koq, dan society tidak berhak memberi label apapun kepada kita. Jadi siapapun kita, atau gimanapun fisik kita toh worth nya sama. How you see yourself is really, really important. 
  2. Berhenti membandingkan. Ini yang susah kan ya. Liat Victoria Beckham bawaannya ngiri mulu kenapa dia diem dan bernapas aja udah kaya, haha. Atau ngecek IG arteis arteis dan kepo barang mereka. I mean, ya udahlah. Mau kepo sampai hape panas juga nggak akan kebeli barang branded yang ori kayak gitu. Everyone is actually having a battle you know nothing about, so be kind, especially with yourself first. Mending kita setting timeline kita sendiri, mau apa sih sekarang, atau maunya nanti seperti apa. Kalau ada salah di masa lalu, harusnya diperbaiki gimana. Itu bisa membantu kita buat lebih yakin sama hidup kita sendiri, daripada terus terusan berkaca sama hidup orang lain. 
  3. Menetapkan circle yang sehat. Once I said, punya temen itu nggak perlu banyak, yang penting berkualitas. Berkualitas duitnya, koneksinya, keluarganya, haha. Berkualitas yang saya maksud adalah nggak toxic dan mampu membuat kita berkembang lebih baik. Kalau lingkungan kamu isinya cuma hore hore, nggak jelas visi dan misinya apalagi cuma temenan demi konten socmed, well, benernya ya gapapa juga. But you won't find a peace. That won't solve your problems as well. Satu satunya cara menciptakan circle yang sehat adalah dengan memberi batas. Jadi jauhi aja toxic people dan mulai bikin circle yang lebih baik, sekalipun jumlah orangnya nggak banyak. In the end, the boundaries you set, will make you free. 
  4. If you really need help, ask an expert. Kadang yang makin memperburuk keadaan adalah ketika kita curcol sama orang yang salah. Orang tersebut malah menyudutkan kita dengan komentar seperti : ah kamu aja nih yang nggak bersyukur, kayak gitu aja udah heboh, kamu masih mending kayak gitu, aku dulu malah bla bla bla. Itu sih malah bikin mental health kita yang udah jelas jatuh, ketimpa tangga, susah bangun pula, wkwkwk. Hindari orang yang tidak paham soal pentingnya membangun kesehatan mental pada setiap individu. Karena orang seperti itu tidak menyadari bahwa resistensi masing masing orang ketika menghadapi masalah itu nggak sama. Apa tetep boleh cerita ke teman atau saudara? Menurutku sih balik lagi ke poin diatas : kira kira dia ada solusi nggak? orangnya nyaman nggak kita cerita? apa kita merasa dia orang tepat? apa dia bisa berempati dan tidak akan menjadi judgemental person? Banyak hal yang perlu dipertimbangkan sebagai screening awal. Beda case kalau kita memang curhatnya ke expert, dia pasti udah paham karena itu kerjaan dia. Beberapa dari kita malah enggan mengakui ketika kondisi mental kita bermasalah karena takut sama tekanan sosial. Stigma itu yang harus diluruskan. Justru kalau kita nggak aware dan punya inisiatif benerin diri kita ketika ada perasaan tidak nyaman - itu malah nantinya ngaruh ke interaksi sosial kita. 
  5. Last, never compare your chapter one, to someone's chapter twenty. Just write your own book, write something great and read it out loud.

Stay safe guys, and if you are still healthy until now, just don't push your luck. 

Hugs, always.

No comments:

Post a Comment