Halo, menutup 2021 ini saya mau sedikit spill the tea soal pengalaman baru yang (kayaknya) berguna buat readers yang punya rencana, atau lagi mikir mikir mau beli apartemen. Ini sebenernya terinspirasi sama cuplikan web series Layangan Putus yang beberapa hari kemaren sliweran di Twitter saya. Saya agak bingung ketika Mas Aris (si suami yang selingkuh disitu) membelikan penthouse buat selingkuhannya cuma seharga 5M, hahaha. Asli jadi penasaran banget, beli dimana tuh penthouse harga segitu kakak?
I care about vertical housing, do you? source : freepik |
Anyway saya nggak akan bahas drama rumah tangga, karena jujur saya pun nggak nonton seriesnya. Alasannya klise : I don't have that much time. Kalaupun agak longgar diluar kerjaan kantor biasanya fokus ke upgrade bisnis atau quality time sama keluarga. No judgement buat yang suka nonton series tema perselingkuhan gitu, bukan berarti nggak nonton juga (karena saya aslinya romcom lover, wkwk) but I'm just busy doing my goal : being a rich wife. Nah back to topic, berdasarkan pengalaman saya pribadi, beli apartemen tuh sebenarnya gampang gampang susah. Semua tetap perlu pertimbangan dan analisis sebelum keputusan pembelian properti ini dibuat, dan untuk memudahkan itu, saya menulis rangkuman dalam poin poin di bawah ini:
1. Tujuan Investasi.
Ini bottom line dari segala keputusan dalam hidup yang sejatinya amat sangat perlu dikaji. Beli apartemen buat apa? Praktis? Lebih deket ke kantor? Males sama urusan RT/RW? wkwkwk. Pasti jawabannya variatif. Ketika saya memutuskan beli apartemen, tujuannya hanya pure investasi. That's why segala faktor yang mempengaruhi analisis pembelian itu saya pikir bangets, haha. Mana ada sih orang mutusin investasi dan ngarep rugi? Meskipun pada dasarnya tetep selalu ada potensi rugi dalam investasi apapun. Intinya tujuan harus di bold dulu sebelum masuk ke faktor faktor yang lain ya guys!
2. Pengembangnya Siapa.
Kayaknya udah sering banget kan denger orang tuh beli apartemen eh tau tau nggak dibangun. Atau sering liat di jalan ada apartemen mangkrak. Apapun tujuan kalian dalam berinvestasi rumah susun, pastikan pengembangnya jelas. Saya nggak mau naif juga, karena kemaren jujur agak nguras kocek juga waktu beli apartemen dari salah satu pengembang yang owner groupnya tuh masuk daftar 5 orang paling kaya di Indonesia. Bukannya mendukung kapitalis, tapi pertimbangan saya banyak. Udah jelas ini first time buyer, masih mikir ini itu, belinya pas belom ground breaking pula, duh jangan sampai lah ketipu (amit amit). Ternyata emang kalo kata orang Jawa tuh bener "ana rega, ana rupa" (ada harga, ada barang bagus), haha. Pengembangnya selain bagus, detail, aspek ijinnya juga dipenuhi ke pemda setempat, segala kontraknya jelas, dan barangnya beneran bagus. FYI, saya sempat ada addendum kontrak dengan developer karena pandemi yang bikin serah terimanya mundur. Tapi overall semua happy ending dan unit apartemen saya diserahkan tepat waktu.
3. Lokasi dan Aksesibilitas.
Lokasi itu penting banget untuk aspek penilaian properti. Selain menentukan nilai, pastinya juga ada kenyamanan tersendiri bagi user kan. Misal kita ada apartemen tujuan awalnya ditempati, terus one day bosen nih, hehe, atau tiba tiba keluarga perlu space yang lebih gedean, apartemen dengan lokasi yang bagus dan akses yang mudah pasti bakal lebih cepet laku ketika disewakan atau bahkan dijual. Poin lain terkait akses yang bisa jadi nilai tambah tuh misal deket sama tempat umum, terminal, stasiun, tempat wisata, atau kampus. Jadi pastikan analisis sebelum membeli dilakukan dengan hati hati dan tidak mengambil keputusan impulsif berdasarkan tindakan marketing properti yang sifatnya persuasif.
4. Legalitas dan Izin.
Ini kayaknya terkait banget sama poin kedua. Pengembang yang bagus biasanya sudah mengantongi surat izin, SHGB dan IMB dari pemerintah setempat. Wajib pula ditanya soal legalitas kepemilikannya nanti karena apartemenpun ada sertifikatnya loh, namanya sertifikat hak milik atas rumah susuh (SHMRS). Ini juga berlaku ketika memutuskan beli apartemen bekas. Jadi kalau sering denger ada istilah "strata title" itu sebenarnya adalah konsep SHM dari apartemen atau rumah susun.
5. Apa mau pakai jasa broker/agen?
Ini sebenarnya pilihan masing masing. Namun biasanya agen tahu tipe properti yang nantinya punya prospek bagus jadi kita bisa beli ketika soft launch atau bahkan saat pre order. It worked for me, karena selisihnya jauh bangets. Nggak kebayang kalau harus beli aset saat ini dengan kondisi masih pandemi. Saya termasuk yang beli pakai agen dan bayar DP saat pre order di tahun 2017. Jujur pasti ada anxiety dan beberapa pertanyaan : eh beneran dibangun nggak ya? duit segitu bisa nggak sih beli apartemen? hehe. Ya maklum kan investasi jenis ini pertama buat saya. Beli apartemen pun nggak semudah ketika beli rumah. Sekedar catatan bahwa saya memulai hunting rumah dan KPR (pastinya, haha) sejak awal kerja dan belum menikah. Jadi bisa bandingin ketika beli apartemen tuh banyak step yang mau nggak mau harus saya ikuti dan pelajari dari awal karena brand new. Nah beruntung kemarin kenal sama agen yang baik dan membantu banget ketika saya pengen nanya nanya.
6. Last but NOT least : Duits.
Apartemen yang banyak fasilitasnya identik "mahal"? Wah mahal dari sisi apa dulu. Balik lagi soal konsep high risk high return. Ketika punya apartemen bagus kita otomatis punya kesempatan untuk menyewakan dengan harga yang pantas juga. Belum lagi kalau lingkungannya bagus, fasilitasnya banyak, aman, dan manajemennya jelas. Menurut saya pribadi mahal kalau dilihat dari sisi investasi itu nggak masalah juga karena kita expect return juga, asal nggak merepotkan diri sendiri dan orang lain pastinya, wkwk. Karena di apartemen tuh ada biaya bulanan service charge selain listrik dan air. Kalau belinya nggak full furnished ya kita wajib isi perabotnya dulu pake interior designer (untuk coverage Surabaya aku ada referensi ini yang bagus, nggak ribet dan affordable). Karena kalo diisi sendiri nih takutnya nggak pas dan malah boros, mengingat spacenya yang tidak selega rumah. Kecuali kalo punya penthouse kayak sugarbaby-nya Mas Aris diatas, hahaha. Belum lagi ketika transaksi tetap aja pajak pembeli dan PPN yang harus dibayar. Kemaren alhamdulillah dapet fasilitas free PPN karena pandemi, jadi mayan membantu cashflow aku yang agak goyang pasca pelunasan, wkwkwk. Buat yang udah paham KPR, wajib tahu juga kalau beli apartemen bisa KPA. Jumlah DP sama kayak rumah sih, 20 persen. Namun siapkan uang lebih untuk pajak, biaya pembuatan akta notaris, asuransi dan biaya biaya terkait kredit lainnya. Kesimpulannya : memang sebelum beli apapun, duit memang jadi perhatian utama soal kemampuan dan daya beli kita. Namun apapun putusannya pastikan bisa dipertimbangkan dengan baik agar kalkukasi pembiayaannya tetap aman.
Setiap orang punya step dan takaran yang nggak sama soal gimana dia memandang konsep vertical housing. Banyak juga yang merasa : buat apasih beli ginian, nggak ada tanahnya? Hehe, balik lagi, maybe beda visi dan misi aja.
bonus foto lobi saya aja ya, lokasinya di Ibukota Jawa Timur. |
But overall I'm soooo happy with this purchase. Self made sih (because I insisted), cuma isi interiornya tetep dibayarin suami (thank you anyway), wkwkwk.
Bring it on 2022!
No comments:
Post a Comment